Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Hijau Jill Stein memperingatkan bahwa Presiden Joe Biden dan para pemimpin AS benar-benar mempertaruhkan kemungkinan perang nuklir dengan tindakan mereka yang mendukung Israel. Stein, yang sebelumnya mencalonkan diri sebagai presiden pada 2012 dan 2016, mengecam Biden, Partai Demokrat, dan Partai Republik atas tanggapan mereka terhadap Perang Israel-Gaza. Ia menyebut dukungan itu akan membawa dunia ke titik yang tidak dapat kembali lagi.
“Saya hanya ingin mencatat bahwa AS kini telah mengirim kapal selam nuklir ke sana selain dua kapal perang atau dua kelompok rudal,” katanya kepada Newsweek, dikutip Senin (20/11/2023).
“Dalam kapal selam nuklir, Anda biasanya memiliki daya tembak yang sangat besar yang setara dengan sekitar empat atau 5.000 bom Hiroshima yang dimasukkan ke dalam satu kapal selam nuklir.”
“Dunia tidak akan selamat dari hal ini. Dan ya, saat ini kita tidak sedang terlibat dalam perang nuklir, namun bisakah perang nuklir dipicu? Tentu saja. Dan kita melihat hal ini menjadi semakin berbahaya setiap harinya,” tambahnya.
Hamas, kelompok militan Palestina, melakukan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, yang menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas. Tel Aviv menanggapinya dengan menyatakan perang terhadap Gaza, tempat Hamas berkuasa, dan memutus bahan bakar, makanan, dan listrik ke wilayah Palestina.
Sementara itu, lebih dari 13.000 warga sipil Palestina telah terbunuh sejak Israel melancarkan perang melawan Hamas. Beberapa rumah sakit dan sekolah juga lumpuh akibat serangan ini.
Stein, seorang Yahudi, menggambarkan tindakan Israel terhadap Gaza sebagai “genosida.” Ia juga menuduh Israel sebagai negara “apartheid”.
“Israel tidak punya masa depan jika kekerasan ini dibiarkan terus berlanjut. Yang saya maksud bukan hanya kekerasan dari Hamas,” tuturnya lagi.
“Akan ada perlawanan dengan kekerasan terhadap apartheid dan pendudukan sehingga Anda bisa melenyapkan Hamas, dan kemudian Anda akan mendapatkan masa depan berikutnya. generasi Hamas, yang akan menjadi lebih kejam dan brutal.”
Israel menolak klaim bahwa mereka melakukan “genosida” dan bahwa mereka adalah negara “apartheid”. Para pemimpin Israel dan Amerika secara rutin menggambarkan negara mereka sebagai “mercusuar demokrasi” di wilayah yang bermasalah di dunia.
Human Rights Watch dan Amnesty International mengatakan perlakuan Israel terhadap warga Palestina sama dengan “apartheid.” Aktivis pro-Palestina, termasuk beberapa kelompok Yahudi progresif anti-Zionis, menuduh Israel melanggengkan “genosida” di Gaza.