Rusia menyebut negara ini sebagai korban berikutnya setelah Ukraina

by -173 Views

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengancam Moldova saat terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Lavrov mengatakan bahwa Moldova berada dalam bahaya karena keinginannya untuk bergabung dengan Uni Eropa. Pernyataan itu disampaikannya dalam konferensi tingkat menteri yang diadakan oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), organisasi keamanan regional terbesar di dunia, Kamis (30/11/2023).

Pada Juni 2022, Uni Eropa (UE) dan negara-negara anggotanya memberikan dukungan penuh kepada Moldova dan memberinya status kandidat. Dukungan itu ditegaskan kembali pada bulan Maret tahun ini, dengan UE dan anggotanya berjanji untuk terus memberikan dukungan keamanan dan ekonomi kepada Moldova sambil menunggu jalan menuju aksesi.

Lavrov juga menyinggung Memorandum Kozak, rencana tahun 2003 yang diusulkan oleh Rusia untuk menyelesaikan hubungan antara Moldova dan Transnistria, wilayah separatis yang memisahkan diri dari Moldova pada tahun 1990.

Kementerian Luar Negeri Moldova mengecam komentar Lavrov sebagai bagian dari serangkaian tindakan permusuhan yang dilakukan oleh Rusia terhadap negara mereka selama 30 tahun terakhir. Moldova mendesak penarikan segera dan tanpa syarat pasukan Rusia dari wilayah mereka.

Pada tanggal 24 November, pejabat Rusia mengancam akan membalas setelah Moldova ikut serta dalam sanksi UE terhadap Rusia sehubungan dengan perang di Ukraina. Anton Gerashchenko, penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, menyatakan bahwa komentar Lavrov menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki niat untuk berhenti di Ukraina kecuali jika hal itu dihentikan.

Komentar Lavrov juga menunjukkan bahwa penerimaan Moldova ke dalam Uni Eropa dianggap tidak dapat diterima oleh Rusia. Hal ini menjadi garis merah yang lebih besar, karena tidak hanya penerimaan NATO tetapi penerimaan ke dalam UE juga dianggap tidak dapat diterima oleh Rusia.

Mikhail Troitskiy, seorang profesor praktik di Universitas Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa komentar Lavrov menekan pandangan Rusia bahwa mereka didorong atau dipaksa untuk menginvasi Ukraina karena negara tersebut semakin dekat dengan penerimaan NATO. Troitskiy menekankan bahwa masalah Moldova bagi Rusia adalah bahwa Moldova dan mitra-mitra Baratnya memaksa Rusia keluar dari proses Transnistria.

Pernyataan-pernyataan ini mencerminkan ketegangan antara Rusia dan Moldova serta peran Uni Eropa dan NATO dalam konflik tersebut.