Pertamina NRE Memamerkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik di COP28 Dubai

by -309 Views

Pertamina New Renewable Energy (NRE) berperan dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Adopsi kendaraan listrik memberikan peluang besar bagi Pertamina NRE dan memperkuat upaya Indonesia menuju transisi energi. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau Conference of the Parties 28, Direktur Utama Pertamina NRE, Dannif Danusaputro menyampaikan bahwa pihaknya akan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

Dia mengatakan bahwa Pertamina NRE akan menjadi pemain utama dalam infrastruktur, pengisian daya, dan proses rantai pasok kendaraan listrik. Perusahaan juga akan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan ride-hailing di Indonesia untuk mengembangkan kendaraan listrik roda dua.

Pertamina NRE juga menjalin kerja sama dengan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk untuk merintis solusi mobilitas berkelanjutan. Kedua perusahaan memperkenalkan inovasi model Electric Mobility as a Service (e-MaaS) dalam rangka membantu upaya adopsi kendaraan listrik untuk layanan transportasi umum kota.

Dannif juga menekankan bahwa Model e-MaaS tersebut tidak terbatas pada kendaraan saja. Model ini juga mencakup infrastruktur penting seperti stasiun pengisian daya dan sumber energi terbarukan.

Menurutnya, pendanaan sangat penting dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Pendanaan tersebut bisa digunakan untuk mengembangkan teknologi dari hulu ke hilir.

Dannif juga menekankan aspek penting lainnya, yaitu sumber daya alam yang tersebar di berbagai daerah. Hal ini membuat konektivitas menjadi vital dalam upaya penyediaan energi bersih.

Seluruh upaya Pertamina NRE ini dilakukan demi mempercepat terbentuknya ekosistem rantai pasok transportasi ramah lingkungan dan sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat elektrifikasi transportasi umum.

Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan kendaraan listrik, dari pemanfaatan bahan baku sampai daur ulang baterai. Sektor swasta juga bisa terlibat dan mengambil peluang dari pengembangan ekosistem rantai pasokan kendaraan listrik.

Pemerintah juga memberikan insentif untuk menstimulasi adopsi kendaraan listrik, termasuk potongan Pajak Pertambahan Nilai dan insentif untuk motor baru atau konversi.

Indonesia harus aktif menjadi aktor utama penyuplai kendaraan listrik, baik di tingkat nasional maupun regional. Upaya ini bisa dimulai dari mengekspor ke kawasan Asia Tenggara.

Pemanfaatan bahan baku seperti nikel adalah peluang besar bagi Indonesia. Perlu langkah kolaboratif untuk meningkatkan kapasitas, teknologi, serta memanfaatkan keuntungan agar lebih kompetitif.