Respons Indonesia yang Kuat terhadap Veto Terhadap Resolusi PBB untuk Gencatan Senjata

by -171 Views

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi buka suara terkait draf Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai gencatan senjata kemanusiaan di Gaza pada 8 Desember lalu. Ia mengatakan Indonesia adalah salah satu dari 102 negara yang menjadi co-sponsor draf tersebut.

“Indonesia, bersama negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam) lain, terus berupaya agar DK PBB dapat keluarkan resolusi mengenai diberlakukannya gencatan senjata karena akan sangat membantu kondisi kemanusiaan di Gaza,” kata Retno dalam keterangan Minggu (10/12/2023).

Retno menyesalkan draf resolusi yang diusulkan ke DK PBB pada 8 Desember tersebut kembali diveto oleh salah satu negara anggota tetap DK PBB, Amerika Serikat, sehingga tidak dapat disahkan.

“Saya sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza meskipun lebih dari 102 negara, termasuk Indonesia, ikut mensponsori resolusi tersebut,” katanya.

Menurutnya, komunitas global tidak bisa terus bergantung pada beberapa negara, menyaksikan tanpa daya kekejaman dan pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak yang berada di Jalur Gaza.

“Kita tidak akan menyerah. Kita akan terus mencoba mencari jalan agar kekejaman di Gaza segera berakhir. Never give up!” pungkasnya.

Resolusi DK PBB sendiri menyoroti perlunya kelancaran pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk akses terhadap personel medik, peralatan dan persediaan kemanusiaan. Resolusi ini juga menuntut semua pihak untuk sepenuhnya mematuhi kewajiban mereka berdasarkan Konvensi Jenewa 1949.

Selain itu, Resolusi DK PBB juga meminta komunitas internasional untuk mendapatkan pendanaan yang sesuai untuk mendukung program kesehatan WHO di Palestina.

Sementara hak veto dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dalam voting resolusi terbaru DK PBB yang menyerukan gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Disebutkan AS menilai resolusi tersebut diajukan terburu-buru, tidak seimbang, dan tidak akan memberikan perubahan besar di medan pertempuran karena hanya menyerukan gencatan senjata yang tidak berkelanjutan.