Hamas Mengindikasikan Kesiapan Perdamaian dengan Israel di Gaza

by -157 Views

Hamas memberi sinyal damai kepada Israel di wilayah Gaza, Palestina. Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, menyatakan bahwa kelompok militan itu siap untuk melakukan perundingan untuk mengakhiri perang.

Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Haniyeh mengungkapkan bahwa Hamas siap untuk berdialog dengan Israel. Dia berharap bahwa pembicaraan di masa depan dapat menciptakan “rumah Palestina”, baik di Tepi Barat maupun Jalur Gaza.

“Kami terbuka untuk membahas pengaturan atau inisiatif apa pun yang dapat mengakhiri agresi dan mengarah pada jalur politik yang menjamin hak rakyat Palestina atas negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya,” katanya seperti dikutip oleh RT pada Kamis (14/12/2023).

Namun, Haniyeh juga memperingatkan bahwa upaya apapun untuk mengecualikan Hamas dan kelompok bersenjata lainnya dari penyelesaian pasca perang hanya akan menjadi ilusi belaka. Menurutnya, faksi perlawanan harus dilibatkan dalam proses tersebut.

Israel melancarkan kampanye militer di Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas yang menembus tembok perbatasan pada 7 Oktober dan menyerbu pemukiman dan pangkalan militer di Israel selatan. Pejabat Israel mengatakan lebih dari 1.200 orang tewas akibat serangan tersebut.

Meskipun alasan serangan Israel adalah untuk mengeliminasi Hamas, serangan tersebut telah menyebabkan 18 ribu warga sipil Gaza tewas dan ratusan ribu warga di wilayah kantong Palestina itu mengungsi.

Komentar Haniyeh muncul setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa negara Palestina tidak mungkin terwujud. Ia bahkan bersumpah untuk tidak pernah mengulangi kesalahan Perjanjian Oslo, perjanjian perdamaian tahun 1993 yang menciptakan peta jalan bagi negara Palestina yang berdaulat.

Israel telah lama menduduki Tepi Barat, dengan wilayah pemukiman Yahudi yang berkembang pesat. Pemerintah Israel juga mempertahankan blokade ketat di Jalur Gaza.

Amerika Serikat, yang merupakan donor militer utama Israel, mengatakan bahwa mereka mendukung “jeda” singkat dalam pertempuran tersebut. Namun, mereka menentang gencatan senjata yang lebih panjang dengan alasan bahwa hal itu hanya akan membantu Hamas.