Jakarta, CNBC Indonesia – Risiko keamanan di negara tetangga RI, Myanmar yang semakin meningkat seiring dengan perlawanan etnis minoritas yang semakin menjadi-jadi membuat Kedutaan Besar China memerintahkan warganya untuk segera meninggalkan distrik perbatasan Myanmar.
“Konflik di distrik Laukkai di Kokang, Myanmar utara terus berlanjut dan risiko keselamatan meningkat bagi orang-orang yang terdampar di sana,” kata kedutaan melalui akun WeChat-nya, dikutip dari AFP, Sabtu (6/1/2024).
“Kedutaan Besar China di Myanmar sekali lagi mengingatkan warga China di distrik Laukkai untuk mengungsi secepatnya,” tambahnya.
Sebagai informasi, bentrokan telah terjadi sejak Oktober 2023 lalu di seluruh negara bagian Shan, Myanmar bagian utara. Hal ini terjadi setelah Tentara Arakan (AA), Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) melancarkan serangan terhadap junta.
Kelompok tersebut dilaporkan telah merebut sejumlah kota dan pusat perbatasan yang penting untuk perdagangan dengan China. Menurut para analis, peristiwa ini adalah tantangan militer terbesar bagi junta sejak mereka merebut kekuasaan pada tahun 2021.
Sebelumnya, MNDAA berjanji untuk merebut kembali kota Laukkai yang terletak di sebuah distrik yang berbatasan dengan China dan dijalankan oleh milisi yang berpihak pada militer. Kota itu terkenal dengan perjudian, prostitusi, dan penipuan daring (online).
Media yang berafiliasi dengan MNDAA mengatakan bahwa junta Myanmar telah melakukan serangan udara di wilayah Kokang yang dikelola sendiri yang mengelilingi Laukkai. Junta bahkan menembaki beberapa bagian kota tersebut.
Awal Desember lalu, Beijing mengatakan bahwa pihaknya telah memediasi pembicaraan antara militer dan tiga kelompok etnis bersenjata dan mencapai kesepakatan untuk “gencatan senjata sementara”.
Namun, bentrokan terus berlanjut di beberapa bagian negara bagian Shan dan TNLA mengklaim telah merebut dua kota lagi dalam beberapa hari terakhir.
Para analis mengatakan bahwa Beijing memelihara hubungan dengan kelompok etnis bersenjata di Myanmar utara. Beberapa di antaranya bahkan memiliki ikatan etnis dan budaya yang erat dengan China dan menggunakan mata uang serta jaringan telepon China di wilayah yang mereka kuasai.
Beijing juga merupakan pemasok senjata utama dan sekutu junta. Namun, hubungan tersebut tegang dalam beberapa bulan terakhir karena kegagalan junta dalam menindak situs penipuan online di Myanmar yang menurut Beijing menargetkan warga China.