Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar

by -127 Views

Saya pertama kali bertemu dengan Pak Wismoyo Arismunandar saat saya masuk Kopassandha. Dia menjabat sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspam) Danjen Kopassandha yang berpangkat Letkol, sementara saya masih Letnan Dua.
Ketika itu kami hanya mengetahui bahwa dia adalah ipar Pak Harto. Istri beliau adalah adik Ibu Tien Soeharto. Pada awalnya kami tidak begitu dekat dengan beliau. Tapi pada tahun 1978, beliau menjadi Komandan Grup 1 Para Komando dari Kopassandha. Dengan demikian, beliau menjadi komandan grup kami. Saya pada waktu itu adalah komandan Kompi 112. Saya pun mulai mengenal sosok Pak Wismoyo Arismunandar.
Beliau adalah seorang komandan yang memengaruhi saya banyak. Ajaran-ajarannya memengaruhi pribadi saya. Ajaran utama beliau kepada anak buahnya, selain patriotisme yang menjadi ciri khas angkatan ’45, adalah harus selalu berpikir, berbuat, bertutur kata yang baik. Jangan izinkan kamu berpikir buruk terhadap orang lain. Itu ajaran beliau yang selalu melekat dalam hati saya.
Beliau juga selalu mengutamakan semangat dan kegembiraan. Karena itu, beliau selalu mendorong agar semangat saat bertepuk tangan. Banyak senior dan rekan-rekannya yang mengejek beliau karena begitu perhatiannya beliau terhadap persoalan tepuk tangan ini. Remeh temeh, mungkin bagi mereka.
Filosofi yang saya terima dari ajaran Pak Wismoyo adalah orang berani itu harus gembira, harus semangat. Seorang pemimpin harus bisa menciptakan suasana yang gembira. Karena itu Pak Wismoyo selalu menganjurkan antara lain kalau kumpul-kumpul pemimpin harus berada di tengah anak buahnya. Kalau menyanyi ya dia harus menyanyi walau tidak bagus. Kalau perlu, kalau anak buahnya senang joged, dia juga harus joged sama anak buah. Kalau anak buah suka dangdut, ya pemimpin juga harus suka dangdut. Kalau anak buah suka poco-poco, ya pemimpin harus mau poco-poco tidak boleh hanya duduk melihat saja. Itu yang saya juga belajar dari Pak Wismoyo, dan ternyata anak buah sangat menghargai dan merasa dekat dengan pemimpin. Itu yang selalu Pak Wismoyo tekankan, “bersatunya pemimpin dan anak buah”.
Ajaran beliau selanjutnya adalah ojo ngerasani wong. Artinya jangan menjelekkan orang lain. Beliau juga sering mengutip nasihat Pak Harto: Ojo adigang, adigung adiguna. Intinya, jangan sombong, jangan belagu.
Beliau juga selalu memberikan contoh, teladan. Pernah kami, pasukan beliau, hendak melakukan latihan terjun payung di Lampung. Beliau tetap mau ikut. Padahal lututnya sedang cedera. Akhirnya disiasatin, kami arahkan beliau terjun ke arah danau. Lebih baik beliau masuk danau dan basah kuyup daripada luka lututnya bertambah parah.
Alhamdulillah setelah saya kapten, mayor dan lain sebagainya, saya jadi salah satu penembak terbaik di kalangan Kopassus dan KOSTRAD. Setiap pertandingan menembak, beliau sering meminta saya untuk bergabung dalam timnya. Baik sewaktu beliau menjadi Pangkostrad dan termasuk saat sebagai KASAD. Selain saya, beliau juga selalu menyertakan Tono Suratman, Rasyid Qurnuen Aquary, Syaiful Rizal, Zamroni dalam tim KASAD.
Ada satu hal lagi yang membuat saya terkesan dengan beliau. Yaitu saat saya mau berangkat operasi pertama sebagai Komandan Kompi pada akhir Oktober tahun 1978. Pukul 20.00 WIB malam sebelum saya take off pukul 04.00 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, beliau memanggil saya.
Beliau menanyakan persiapan saya yang akan menjalankan operasi. Saya menjelaskan semua peralatan sudah disiapkan. Mulai dari senjata, peluru, kompas, hingga obat-obatan. Namun beliau masih bertanya apa lagi yang harus disiapkan. Sempat beberapa kali beliau ulangi. Sehingga saya bingung mau menjawab apa lagi. Karena sudah disebutkan semua perlengkapan telah disiapkan.
Setelah itu barulah beliau menjelaskan maksudnya. Dia menyampaikan bahwa saya masih muda, bertanggung jawab atas 100 nyawa pasukan, dan akan menghadapi bahaya maut. Karena itu dia mengingatkan saya untuk dekat kepada Tuhan yang Mahakuasa. Barulah saya sadar. Beliau lalu masuk kamar dan saat keluar membawa bungkusan. Isinya sajadah. Dia meminta saya menaruh sajadah itu dalam ransel selama bertugas dan menggunakannya.
Sumber: https://prabowosubianto.com/kepemimpinan-jenderal-tni-purn-wismoyo-arismunandar/

Source link