Hamas Akhirnya Memberikan Respons terhadap Proposal Perdamaian dan Gencatan Senjata dengan Israel

by -1067 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok militan Palestina Hamas mengatakan bahwa pihaknya telah menyerahkan tanggapannya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan menghentikan perang dengan Israel kepada mediator utama.

“Beberapa waktu lalu, gerakan Hamas menyampaikan tanggapannya terhadap kerangka perjanjian tersebut kepada saudara-saudara di Qatar dan Mesir,” kata sebuah pernyataan, mengacu pada “gencatan senjata yang komprehensif dan penuh”.

Kelompok militan tersebut selama lebih dari seminggu mempertimbangkan kesepakatan yang dibuat ketika mereka tidak hadir dalam perundingan Paris, ketika tekanan internasional meningkat untuk mengakhiri perang empat bulan tersebut.

Hamas mengatakan usulan tersebut bertujuan untuk “mengakhiri agresi terhadap rakyat kami, mengamankan bantuan dan tempat berlindung, rekonstruksi, mencabut pengepungan di Jalur Gaza, dan menyelesaikan proses pertukaran tahanan”.

Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengatakan Doha telah menerima tanggapan “positif” dari Hamas terhadap rencana gencatan senjata tersebut.

Perdana Menteri berbicara bersama Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang kembali memulai tur krisis di Timur Tengah.

Blinken mengatakan tanggapan Hamas telah “dibagikan kepada Israel.”

“Saya akan melanjutkan pembicaraan itu besok di Israel ketika saya berada di sana, dan kami akan bekerja sekeras mungkin untuk mencoba mencapai kesepakatan,” kata Blinken kepada wartawan di Doha, Selasa (6/2/2024), sebagaimana dilansir AFP.

Perang Gaza meletus pada 7 Oktober dengan serangan militan Hamas yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

Militan dari Gaza juga menyandera sekitar 250 orang. Israel mengatakan 132 orang masih berada di Gaza.

Sementara itu, Kampanye militer Israel telah menewaskan sedikitnya 27.585 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.