Ribuan Warga Palestina Dibantai Israel di Gaza, Menciptakan Tragedi ‘Kesetanan’

by -131 Views




Jakarta, CNBC Indonesia – Israel masih terus melancarkan serangan ke wilayah Gaza, Palestina. Terbaru, Negeri Zionis melaksanakan sebuah serangan besar-besaran untuk melumpuhkan petinggi milisi Hamas, yang menguasai daerah kantong Palestina itu, Sabtu (13/7/2024).

Dalam laporan CNN International, serangan ini langsung merupakan perintah dari Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. Serangan dilancarkan untuk memburu dua petinggi Hamas yakni Mohammed Deif dan Rafe Salama, dan dilakukan di wilayah Al Mawasi, yang telah ditetapkan sebagai zona aman.

“Mohammed Deif, pemimpin Brigade Qassam, sayap militer Hamas, adalah sosok yang menjadi sasaran, bersama dengan kepala brigade Khan Younis, Rafe Salama,” kata seorang pejabat keamanan Israel.

Namun Tel Aviv belum meyakini bahwa Deif dan Salama telah tewas dalam serangan itu. Di sisi lain, 90 orang dilaporkan menjadi korban jiwa dari aksi perburuan Israel terhadap keduanya.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan di samping adanya korban tewas, 300 warga lain dikabarkan terluka dalam serangan ini. Dikatakan bahwa perempuan dan anak-anak menyumbang setengah dari korban tewas dan luka.

Hamas membantah klaim Israel bahwa mereka menargetkan Deif dan Salam. Kelompok itu menyebut serangan itu itu sebagai “pembantaian yang mengerikan.”

“Klaim pendudukan yang menargetkan para pemimpin adalah klaim palsu, dan ini bukan pertama kalinya pendudukan mengklaim menargetkan para pemimpin Palestina, namun kebohongan mereka akan terungkap kemudian,” bunyi pernyataan tersebut.

Warga setempat dan tim penyelamat masih berusaha mencari beberapa orang yang terjebak dalam reruntuhan bangunan yang diserang oleh Israel. Rumah Sakit Kuwait dan Nasser mengatakan mereka berjuang untuk mengatasi tingginya jumlah warga sipil yang meninggal dan terluka dalam serangan itu.

“Saya sedang duduk di kamar mandi, dan sebelum saya mendengar ledakan dari serangan tersebut, kamar mandi tersebut terbang. Kemudian, seluruh area dipenuhi asap, dan atap mulai berjatuhan,” kata seorang anak laki-laki bernama Hammoud kepada penyiar CNN.




Warga Palesntina menyaksikan penghancuran rumah mereka yang dilakukan oleh militer Israel di Tepi Barat, Kamis (11/7/2024). (REUTERS/Mussa Qawasma)Foto: Warga Palesntina menyaksikan penghancuran rumah mereka yang dilakukan oleh militer Israel di Tepi Barat, Kamis (11/7/2024). (REUTERS/Mussa Qawasma)
Warga Palesntina menyaksikan penghancuran rumah mereka yang dilakukan oleh militer Israel di Tepi Barat, Kamis (11/7/2024). (REUTERS/Mussa Qawasma)

Tekanan perdamaian

Serangan ini terjadi pada saat negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera berlangsung. Meski membunuh Deif akan dipandang sebagai kemenangan besar bagi Israel, hal ini dapat mendorong Hamas untuk memperkuat posisinya terhadap proposal tiga fase Israel yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden pada akhir Mei.

Pada konferensi persnya hari Sabtu, Netanyahu menegaskan dia tidak akan bergerak “satu milimeter pun” dari kerangka yang ditetapkan oleh Biden. Ia juga mengklaim Hamas telah meminta 29 perubahan terhadap proposal tersebut, namun pihaknya menolak untuk melakukan satu pun perubahan.

“Saya tidak menambahkan syarat atau menghilangkan syarat,” katanya.

Hamas belum secara terbuka mengomentari klaim Netanyahu. Namun, sumber diplomatik yang terlibat dalam perundingan Hamas-Israel mengatakan perundingan gencatan senjata masih dijadwalkan berlangsung di Doha, Qatar, pada pekan depan.

Pada hari yang sama dengan serangan ini, pengunjuk rasa dan keluarga sandera turun ke jalan di beberapa kota Israel untuk menuntut pemerintah mencapai kesepakatan untuk membebaskan semua sandera.

Di Yerusalem, massa di luar Knesset menuntut pemerintah menerima kesepakatan pembebasan sandera dan memulangkan semua warga yang diculik. Beberapa pengunjuk rasa juga berkumpul di luar kantor Netanyahu.

Di Tel Aviv, Andrey Kozlov, yang disandera di Gaza selama delapan bulan sebelum militer Israel menyelamatkannya pada bulan Juni, berbicara kepada massa terkait bagaimana perang ini harus diakhiri dan nasib para sandera.

“Saya salah satu yang beruntung karena saya tidak ditahan di terowongan. Jadi, saya mengalami kondisi yang keras dan pelecehan (tetapi) bagaimana dengan 120 sandera yang tersisa?” kata Kozlov. “Tolong tandatangani kesepakatan segera!,” serunya.

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lagi, Israel Minta Seluruh Warga Palestina Tinggalkan Gaza





Next Article



PBB Dorong Gencatan Senjata Gaza, AS Siap-Siap Ambil Veto



(tps/wur)