Jakarta, CNBC Indonesia – Korut berjanji akan menghancurkan sepenuhnya musuh-musuhnya jika terjadi perang. Hal ini terjadi saat Semenanjung Korea kembali memanas.
Pada Upacara Peringatan Perang Korea, Sabtu (27/7/2024), pejabat militer senior seperti Kolonel Ri Un Ryong dan Letnan Komandan Yu Kyong Song menggarisbawahi melonjaknya kebencian Pyonyang terhadap AS dan Korsel. Diketahui, dua rival Korut itu baru saja mengadakan latihan militer.
“AS dan Korsel bertekad keras untuk memprovokasi perang nuklir, kami bersumpah untuk meningkatkan efisiensi perang guna melancarkan serangan dahsyat terhadap musuh kapan saja dan tanpa penundaan serta menghancurkan mereka sepenuhnya setelah panglima tertinggi yang dihormati Kim Jong Un memberi perintah,” ujar dua petinggi itu dikutip KCNA dan dilaporkan Guardian.
Korut menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan AS dan China pada 27 Juli 1953, yang mengakhiri permusuhan dalam perang tiga tahun tersebut. Para jenderal AS yang menandatangani perjanjian tersebut adalah figur yang mewakili pasukan PBB.
Pyongyang menyebutnya hari kemenangan sementara Seoul tidak memperingati hari tersebut dengan kegiatan apapun. Permusuhan berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian, yang berarti kedua belah pihak secara teknis masih berperang.
Sementara itu, keduanya baru-baru initerlibat kampanye psikologis bergaya Perang Dingin. Beberapa pekan lalu, Seoul mengatakan Korut menerbangkan balon-balon besar yang membawa sampah melintasi perbatasan. Media Korsel mengabarkan bahwa sekitar 100 balon Korut yang berisi kantong kertas bekas akhirnya jatuh di wilayah Negeri Ginseng.
Langkah ini dilakukan Pyongyang sebagai balasan atas aksi aktivis Korsel yang menerbangkan selebaran politik melalui balon mereka sendiri. Terkadang balon tersebut mengandung USB yang berisi film-film drama Korsel.
Di sisi lain, pda hari Minggu di Tokyo, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dan Menteri Pertahanan Jepang, Minoru Kihara, bertemu dengan mitranya dari Korea Selatan, Shin Won Sik, untuk menandatangani perjanjian tentang upaya kerja sama trilateral, seperti berbagi data peringatan rudal Korut secara langsung dan latihan militer bersama.
Tokyo berencana mendirikan markas besar gabungan baru untuk mengawasi angkatan bersenjatanya dan berkoordinasi lebih baik dengan Washington dalam menghadapi ancaman regional yang berkembang dari China dan Korut.