Potensi pecahnya perang baru di Arab terus menjadi kekhawatiran global. Ketegangan terbaru antara Israel dan Hizbullah, di tengah konflik yang masih berkecamuk antara Israel dan Hamas di Gaza, kini juga melibatkan Houthi.
Milisi di Yaman ini telah meningkatkan kampanyenya melawan Israel sebagai bentuk solidaritas kepada warga Gaza atas serangan militer Tel Aviv. Mereka merebut dan menargetkan kapal dagang di lepas pantai Yaman, menembakkan rudal balistik jarak jauh ke kota pelabuhan Laut Merah Israel, Eilat, dan menghantamkan pesawat nirawak berat ke sebuah gedung di pusat kota Tel Aviv dekat konsulat Amerika Serikat.
Namun, kali ini, kelompok yang juga merupakan proksi Iran ini menyerukan tahap baru perang dengan Israel dan meminta negara-negara Arab dan Muslim bersatu untuk membantu melancarkannya.
“Mereka masuk ke tahap konflik baru, aliansi baru sedang dibuat tanpa batasan,” kata anggota biro politik Houthi, Ali al-Qahoum. Dia menambahkan bahwa selama Israel ada, maka tidak akan ada perdamaian, karena ini adalah pertempuran eksistensial.
Ketegangan antara Houthi dan Israel meningkat drastis setelah serangan drone di Tel Aviv yang menewaskan satu orang pada 19 Juli. Israel merespons dengan meluncurkan jet F-35I menyerang kota pelabuhan Laut Merah Yaman barat pada 20 Juli. Setidaknya sembilan orang tewas dan 87 lainnya terluka dalam serangan itu.
Houthi telah bersumpah untuk menanggapi eskalasi tersebut, dengan juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, mengatakan akan memberikan tanggapan yang tidak bisa dihindari. Dia menegaskan bahwa agresi brutal Israel hanya akan meningkatkan tekad rakyat Yaman dan pasukan bersenjatanya untuk terus mendukung Gaza.
Perlu dicatat bahwa Houthi menggunakan retorika yang semakin tajam dalam menyikapi konflik di Timur Tengah, dan mereka sering menyerukan persatuan orang Arab dan Muslim dalam menghadapi Amerika dan Israel.