Perang Arab Semakin Mencekam, PBB Mengingatkan Potensi Negara Ini Menjadi Gaza Berikutnya

by -55 Views

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan bahwa Lebanon bisa berubah menjadi “Gaza” baru. Ini diungkapkan di tengah eskalasi antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah di sana.

Kelompok militan Lebanon dan militer Israel telah saling menembak selama 11 bulan selama perang Israel dengan Hamas, sekutu Hizbullah, di Gaza. Namun ketegangan meningkat minggu ini setelah serangkaian serangan terhadap Hizbullah yang menargetkan perangkat elektronik kelompok militan tersebut.

Dilaporkan bahwa Hizbullah menembakkan lebih dari 100 roket ke Israel utara pada Minggu dini hari, sementara Israel membombardir Lebanon dengan ratusan serangan. Serangan roket Hizbullah terjadi setelah Israel melancarkan serangan udara di Beirut pada hari Jumat yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk seorang pemimpin tinggi Hizbullah, Ibrahim Akil, dan beberapa pejuang lainnya serta wanita dan anak-anak.

“Ada potensi eskalasi yang jauh lebih kuat. Dan itulah yang membuat saya khawatir,” kata Guterres kepada CNN International, dikutip Senin (23/9/2024).

“Kemungkinan ini mengubah Lebanon menjadi Gaza lain, yang menurut saya akan menjadi tragedi yang menghancurkan bagi dunia,” tegasnya.

Perang di Gaza telah membuat wilayah tersebut hancur. Warga Palestina di sana harus tidur di tenda pengungsian dan berada di ambang kelaparan.

Guterres menyebut situasi di Gaza sebagai “bencana kemanusiaan yang dahsyat”. Meski beberapa negara tengah berupaya mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas, perang belum berhenti.

“Penting bagi saya bahwa kedua belah pihak tidak tertarik pada gencatan senjata. Dan itu adalah tragedi karena ini adalah perang yang harus dihentikan,” kata Guterres.

Pada hari Selasa, pager yang digunakan oleh ratusan anggota Hizbullah meledak hampir bersamaan di Lebanon dan Suriah. Lebih banyak perangkat elektronik, kali ini walkie-talkie, meledak di Lebanon.

Setidaknya 37 orang, termasuk dua anak-anak, tewas dan lebih dari 3.000 orang terluka akibat kedua serangan tersebut. Kedua serangan yang menargetkan Hizbullah dipercayai dilakukan oleh Israel, tetapi Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

“Kita belum pernah sedekat ini dengan perang habis-habisan, tetapi itu masih dapat dihindari karena kita belum melewati titiknya,” kata juru bicara organisasi nonpemerintah European Leadership Network-Israel (ELNET) Daniel Shadmy.

“Seiring berlanjutnya aksi saling balas antara Israel dan Hizbullah, kita semakin dekat dengan salah perhitungan dan eskalasi permusuhan yang dramatis,” tambahnya memberi peringatan.

Israel telah memberi isyarat bahwa pindah ke tahap berikutnya dari rencana perangnya melawan Hizbullah adalah pilihan nyata, tetapi itu bukan sesuatu yang tak terelakkan,” kata analis regional dan mantan pejabat intelijen Israel Avi Melamed.

Dalam pernyataan terbaru Minggu, Wakil Kepala Hizbullah Naim Qassem mengatakan bahwa kelompoknya berada dalam “fase baru” dalam pertempuran mereka melawan Israel. Ia menyatakan bahwa perang terbuka telah dimulai.

“Kami telah memasuki fase baru, yaitu ‘perhitungan terbuka’ dengan Israel,” ujar Qassem pada upacara pemakaman seorang komandan senior Hizbullah yang tewas dalam serangan Israel Jumat.

“Serangan Hizbullah terhadap fasilitas produksi militer Israel dan pangkalan udara di dekat Haifa, Israel utara, pada hari Minggu merupakan bagian dari ‘perhitungan terbuka’ yang baru,” tambahnya.

Hanya gencatan senjata di Gaza yang akan menghentikan serangan lintas batas,” tambahnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu bahwa Israel telah melakukan serangkaian pukulan terhadap Hizbullah.

“Dalam beberapa hari terakhir, kami telah melakukan serangkaian pukulan terhadap Hizbullah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Jika Hizbullah tidak menerima pesan itu, saya jamin mereka akan menerima pesan itu,” kata Netanyahu.

“Tidak ada negara yang dapat mentoleransi serangan terhadap warganya, serangan terhadap kota-kotanya. Dan kami, Negara Israel, juga tidak akan mentoleransinya,” katanya, sambil bersumpah untuk memulangkan penduduk Israel utara yang mengungsi akibat pertempuran selama hampir setahun ke rumah mereka.