Sehari sebelum kemunculan gemilang Lewis Hamilton di Ferrari, Ducati menggelar acara khusus di resor ski Italia, Madonna di Campiglio, untuk meluncurkan akuisisi terbarunya, Marc Marquez. Terdapat kesamaan yang jelas antara juara dunia MotoGP enam kali dan juara dunia F1 tujuh kali ini, ketika keduanya mengamati tim-tim Italia dengan harapan meraih sukses. Meskipun Ducati unggul dalam klasemen konstruktor MotoGP, Ferrari belum berhasil merebut gelar F1 sejak tahun 2007. Meskipun Ferrari tampaknya memiliki keunggulan atas pesaingnya pada awal era peraturan F1 tahun 2022, mereka kemudian diatasi oleh Red Bull dan McLaren.
Reaksi terhadap kedatangan Hamilton ke Ferrari beragam, dengan sebagian besar respon yang positif. Namun, beberapa tokoh, termasuk Mattia Binotto dan Ralf Schumacher, mengkritik keputusan Ferrari merekrut pembalap berusia 40 tahun tersebut. Di sisi lain, Ducati juga menghadapi reaksi yang bervariasi di Italia terkait kedatangan Marquez ke tim, terutama karena memilih Marquez daripada Jorge Martin sebagai rekan setim Francesco Bagnaia. Marquez sebelumnya dianggap sebagai musuh Ducati karena konflik dengan Valentino Rossi pada tahun 2015.
Marquez, yang sebelumnya bersaing sengit dengan Ducati, kini telah pindah tim dan harus membuktikan diri. Hamilton bergabung dengan Ferrari karena melihat peluang yang lebih baik untuk meraih gelar juara dunia kedelapan. Kedua pembalap ini memiliki motivasi untuk meraih kesuksesan musim ini dan membuktikan kemampuan mereka.
Manajemen internal tim akan menjadi kunci utama dalam mengelola dua pembalap nomor satu di Ferrari. Demikian pula, Ducati juga harus menemukan cara untuk mempertahankan kedamaian dan keadilan di tim mereka. Saat ini, kedua tim sedang menikmati publisitas positif menyusul langkah-langkah besar yang mereka ambil. Namun, tantangan sebenarnya baru akan dimulai ketika musim balap dimulai, dan bagaimana mereka mengelola dinamika internal dapat memengaruhi kinerja tim mereka secara keseluruhan.
