Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono, mengkritik usulan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, terkait penggunaan beras jagung sebagai opsi menu dalam program makan gratis. Menurut Bambang, produksi jagung di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan nasional, yang mengharuskan negara untuk mengimpor jumlah jagung yang cukup signifikan setiap tahunnya. Harga jagung di Indonesia juga disebut sebagai yang tertinggi di dunia, sehingga penting untuk menjaga agar harga pangan tersebut menjadi lebih terjangkau.
Dalam perspektif Bambang, jika harga jagung dapat ditekan, maka harga makanan seperti ayam dan telur juga akan menjadi lebih murah, memberikan dampak positif terutama bagi masyarakat Jawa dan Sumatera yang kebanyakan gemar mengonsumsi ayam dan telur. Bambang juga menekankan perlunya kajian yang mendalam sebelum mengubah kebijakan terkait diversifikasi pangan dari beras ke jagung. Ini juga termasuk pemahaman terhadap kesulitan dalam memproduksi dan memasak beras jagung yang memerlukan waktu dan kesabaran yang lebih besar dibandingkan dengan nasi putih.
Pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh dan memastikan bahwa langkah-langkah kebijakan baru terutama terkait jagung dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat, terutama dalam hal program makan gratis untuk anak sekolah. Artinya, penyesuaian harga dan produksi jagung, serta resonansi dari masyarakat terkait konsumsi nasi jagung perlu menjadi perhatian utama sebelum implementasi kebijakan baru.