Industri sawit Indonesia mulai cemas dengan potensi dampak perang dagang yang semakin memanas. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap gejolak perdagangan global yang dapat memberikan risiko besar terhadap ekspor sawit nasional. Sawit merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, sehingga ketidakpastian di pasar global berpotensi menghambat arus perdagangan dan memperburuk daya saing industri dalam negeri. Di tengah situasi ini, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, melihat peluang baru untuk memperkuat ekspor ke China.
Menurut Sahat, China memiliki permintaan yang tinggi terhadap minyak sawit Indonesia, sehingga situasi ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang baru. Ekspor minyak sawit ke Eropa saat ini semakin sulit, sementara harga minyak sawit di pasar Eropa mencapai level tinggi. Harga Patokan Ekspor (HPE) minyak sawit Indonesia juga selalu di bawah harga pasar Rotterdam. Oleh karena itu, fokus ekspor minyak sawit sebaiknya dialihkan ke China, mengingat minat pasar China yang sangat besar. Maksimalkan peluang ini untuk memperkuat ekspor dan mempertahankan daya saing di pasar global.
Perang Dagang AS-China Mempengaruhi Industri Sawit RI
