Kursi kedua Red Bull, sebagai pendamping Max Verstappen, memang dianggap sebagai peran yang paling berat di Formula 1. Namun, spekulasi tentang pergantian pembalap setelah hanya dua balapan di musim ini menjadi sorotan yang ekstrim, meskipun bahkan menurut standar Red Bull sendiri. Liam Lawson, yang merupakan pembalap asal Selandia Baru yang baru saja bergabung penuh waktu bersama Red Bull, menghadapi tantangan yang lebih besar dari yang diharapkan. Dengan performa yang kurang memuaskan, Lawson menempati posisi yang kurang mengesankan dalam tiga balapan terakhirnya, bahkan mencatat posisi terakhir di grid dua kali berturut-turut. Spekulasi tentang pergantian pembalap sebelum balapan di Jepang pun mulai muncul di paddock sebelum GP Cina, dengan Red Bull tengah meninjau data yang mereka miliki dari Lawson. Kemungkinan pergantian tersebut masih belum pasti, sementara Yuki Tsunoda, pembalap Jepang, muncul sebagai kandidat yang paling memungkinkan untuk menggantikan Lawson jika memang terjadi. Meskipun masih ada berbagai kemungkinan, hadirnya Franco Colapinto dalam daftar calon pengganti Lawson di Racing Bulls juga semakin menjadi pembahasan hangat di dunia balap Formula 1. Dengan perubahan-perubahan dan spekulasi tersebut, keputusan tim Red Bull menjadi semakin menentukan bagi masa depan mereka di musim balap yang sedang berlangsung. Verstappen sendiri telah merencanakan kunjungannya ke pabrik Red Bull untuk membahas masalah mobil dan upaya tim untuk menghadapi tantangan demi persaingan di kejuaraan. Keseluruhan, kursi kedua Red Bull, Lawson, dan seluruh strategi tim masih dalam pencarian solusi terbaik yang tidak hanya akan berdampak bagi para pembalapnya, tetapi juga bagi penampilan Red Bull secara keseluruhan di musim ini.
Prestasi Lawson, Tsunoda, dan Colapinto di Red Bull: Kisah Mengejutkan!
