Pasukan militer junta Myanmar menembaki rombongan konvoi kendaraan dari Pemerintah China yang membawa bantuan darurat pasca gempa, Selasa (1/4/2025). Radio Free Asia (RFA) melaporkan bahwa konvoi 9 kendaraan milik Palang Merah China sedang membawa perbekalan di dekat kota Nawnghkio di negara bagian Shan ketika tentara Myanmar menembaki mereka karena kesalahpahaman terkait ancaman keamanan. Juru Bicara junta Zaw Min Tun menjelaskan bahwa ada kelompok keamanan di dekat desa Ohmati yang menghalangi konvoi tersebut dan menembakkan tiga tembakan.
Kelompok anti-junta, Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), melaporkan insiden tersebut dan mengawal utusan tersebut ke Mandalay setelah insiden tersebut. Konvoi tersebut merupakan bagian dari upaya bantuan internasional pasca gempa bumi dahsyat di Myanmar yang telah menewaskan ribuan orang dan melukai ribuan lainnya. Sementara itu, Myanmar sedang dalam kondisi perang saudara sejak kudeta junta militer pada 2021 yang memicu reaksi publik dan demonstrasi besar-besaran menolaknya.
TNLA bersama tiga kelompok sekutu lainnya mengumumkan gencatan senjata sepihak selama satu bulan untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan internasional. Namun, junta menolak usulan tersebut dengan alasan kelompok etnis bersenjata memanfaatkan jeda tersebut untuk berkumpul dan melatih militer. Meskipun demikian, pemerintah terus membuka pintu untuk bertemu dan berdiskusi dengan organisasi etnis bersenjata untuk mencapai perdamaian yang efektif. Kondisi ini semakin rumit dengan kombinasi gempa bumi dan perang saudara di Myanmar, memperumit upaya bantuan dan perdamaian di negara tersebut.