Pemerintah Pakistan merekomendasikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai kandidat penerima penghargaan Nobel Perdamaian. Dilansir dari Reuters, pemerintah Pakistan mengakui kontribusi Trump dalam menyelesaikan konflik antara Pakistan dan India yang terjadi baru-baru ini, sehingga dianggap layak menerima penghargaan bergengsi tersebut. Momen tersebut terjadi saat kepala militer Pakistan, Asim Munir, melakukan pertemuan dengan Trump di Gedung Putih, yang menjadi pertama kalinya seorang pemimpin militer Pakistan diundang ke Gedung Putih selama pemerintahan sipil di Islamabad.
Beberapa analis di Pakistan memandang langkah tersebut sebagai upaya untuk membujuk Trump agar tidak terlibat dalam kemungkinan aksi Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Pakistan sendiri mengutuk tindakan Israel sebagai pelanggaran hukum internasional dan menganggapnya sebagai ancaman terhadap stabilitas regional. Mantan Ketua Komite Pertahanan Senat di Parlemen Pakistan, Mushahid Hussain, mendukung pencalonan Trump untuk penghargaan perdamaian tersebut, menganggap bahwa Trump berperan penting bagi Pakistan.
Trump sebelumnya juga dianggap berhasil menghentikan konflik selama empat hari antara India dan Pakistan pada bulan Mei, setelah mengumumkan adanya gencatan senjata antara kedua negara yang bersenjata nuklir tersebut. Meskipun intervensi diplomatik AS diakui oleh Pakistan, India berpendapat bahwa gencatan senjata tersebut merupakan hasil dari kesepakatan bilateral antara kedua negara. Trump juga menyatakan kesiapannya untuk menjadi penengah antara India dan Pakistan terkait wilayah Kashmir yang disengketakan, yang merupakan sumber utama konflik di antara keduanya.
Sikap Trump ini tampaknya telah mengubah arah kebijakan AS di Asia Selatan, yang sebelumnya lebih condong kepada India. Meskipun demikian, Trump merasa bahwa prestasinya dalam menyelesaikan konflik tersebut tidak diakui, termasuk dalam perjanjian Abraham antara Israel dan beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim selama masa jabatannya. Dalam sebuah postingan media sosial, Trump merasa bahwa ia tidak akan mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian atas kontribusinya, meskipun telah berhasil menyelesaikan berbagai konflik yang dinilainya penting.