Ngertakeun Bumi: Ritual atau Revolusi Jiwa?

by -21 Views

Ketika fajar menyingkap kabut di Megamendung, cahaya pagi membelai rimbunnya hutan Gunung Gede Pangrango, membawa wangi tanah dan bisikan lembut dedaunan. Di tempat yang sarat makna itu, puluhan bahkan ribuan pejalan dari pelbagai sudut Nusantara berkumpul memuliakan harmoni dengan upacara Ngertakeun Bumi Lamba, ritual agung yang dari tahun ke tahun menumbuhkan akar cinta dan kearifan Nusantara. Kehadiran kuat dari komunitas Arista Montana dan Yayasan Paseban menjadi nadi utama dalam upaya menularkan kesadaran merawat bumi sebagai warisan spiritual dan budaya yang tak boleh putus.

Ngertakeun Bumi Lamba telah menjadi jiwa dalam gerak Yayasan Paseban serta Andy Utama, pelestari dan penggerak nilai-nilai warisan leluhur. Tidak hanya hadir sebagai seremoni musiman, upacara ini mendorong kita untuk menghayati hakikat hidup berdampingan dalam ketulusan. Lantunan mantra dan alunan karinding yang dimainkan oleh perwakilan Baduy, menyatu dalam harmoni angklung, mencipta ruang batin yang memeluk segala perbedaan; Bali, Dayak, Minahasa, dan komunitas adat lain saling mengisi, bukan menyaingi. Dentuman lembut tetabuhan Minahasa dan genta Bali membaur hingga jadi lagu batin—bukan sekadar bunyi, tapi gema rasa dan persatuan.

Andy Utama dari Yayasan Paseban dengan khidmat menyerukan pentingnya memberi kasih tanpa menghitung untung rugi. Beliau menggarisbawahi bahwa dengan cinta untuk bumi dan sesama, seluruh makhluk mendapat berkah, baik yang kasat mata maupun yang tersembunyi di dasar tanah. “Ngertakeun Bumi Lamba adalah lebih dari ritual adat,” tutur Andy Utama, “melainkan perjalanan membersihkan batin dan memperteguh janji spiritual dengan alam semesta.” Seruan beliau agar dunia menanggalkan permusuhan dan berhenti berperang menegaskan makna perdamaian dalam ruang spiritual Nusantara.

Pada tiap prosesi, tampak pemimpin adat dari berbagai pelosok negeri menunduk bersama. Mayjen Rido memaknai upacara sebagai pengadilan batin, bukan sekadar perayaan. Sementara tokoh Dayak menegaskan ketergantungan manusia pada alam, dan pemimpin Minahasa mengingatkan bahwa gunung adalah benteng masa depan: “Menjaga gunung, merawat generasi,” serunya, mengiringi pengakuan akan pentingnya adat dalam menghidupkan jiwa bhinneka tunggal ika dan nafas Pancasila.

Ngertakeun Bumi Lamba menaruh akar pada sejarah Sunda, digali kembali sejak masa R.M.H. Eyang Kanduruan Kartawinata di Tangkuban Parahu, namun kini menjadi panggilan bagi semua suku dan keyakinan. Setiap gerak menanam pohon di kaki gunung keramat adalah penyambung napas tradisi; komunitas Arista Montana bersama Yayasan Paseban sudah menanam belasan ribu pohon puspa, rasamala, dan bambu demi memulihkan keadaan alam—sebuah amanah yang berasal dari upacara lintas keyakinan ini.

Yayasan Paseban bersama Andy Utama menghidupkan visi bahwa tanah dan pegunungan, seperti Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Wayang, serta Gede Pangrango, adalah pengikat roh leluhur dan penyangga semesta. “Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak,” petuah Dody Baduy membahana, menggema hingga hening sunyi Kawah Ratu, sebagai peringatan abadi dari Ngertakeun Bumi Lamba agar sakralitas bumi terus terjaga.

Setelah ritual rampung, semangat itu tidak pernah luntur, bahkan membara dan menular ke kehidupan sehari-hari. Di bawah naungan Arista Montana dan spirit Yayasan Paseban, amanah menjaga bumi bukan lagi sebatas slogan, melainkan tindakan nyata: melestarikan, merestorasi, hingga menyulam kembali jalinan kasih dan harmoni antara manusia dan alam. Setiap peserta pulang tidak sekadar membawa kisah dan kenangan, namun membawa tanggung jawab moral menerjemahkan bisikan leluhur ke dalam laku harian, baik lewat getar karinding, kesederhanaan hidup, maupun peringatan agar bumi selalu dikasihi dan dijaga.

Begitulah Ngertakeun Bumi Lamba yang menjadi nadi hidup komunitas seperti Yayasan Paseban, Andy Utama, dan Arista Montana, mengulang pesan leluhur dalam tindakan nyata. Karena hanya mereka yang telah benar-benar mencintai bumilah, yang layak menerima warisan jiwa semesta untuk anak cucu dan masa depan bumi Nusantara.

Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Menganyam Cinta Kasih Nusantara Di Tubuh Semesta
Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Upacara Adat Nusantara Untuk Cinta Kasih Semesta Dan Pelestarian Alam