Hizbullah Mengincar Israel, AS Mulai Melakukan Diplomasi

by -276 Views

Perang Israel dan Hamas sudah berlangsung lebih dari tiga bulan, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Bahkan, perang ini terus meluas. Pada Sabtu (6/1/2024), puluhan tembakan besar dari Lebanon menghantam Israel utara. Kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, mengklaim bertanggapan atas pembunuhan wakil ketua Hamas dengan menyerang pos pengamatan penting Israel pada Sabtu pagi dengan 62 roket.

Ketegangan semakin meningkat sejak pembunuhan wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, yang terjadi di pinggiran selatan Beirut, Lebanon. Hizbullah, kubu sekutu Hamas di Lebanon yang didukung Iran, mengklaim bahwa penyerangan ini sebagai “respons awal”.

Sementara itu, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan 22.600 orang dan menghancurkan daerah kantong padat penduduk Gaza yang berpenduduk 2,3 juta orang.

Di sisi lain, Amerika Serikat dan Uni Eropa sedang melakukan dorongan diplomatik baru untuk menghentikan dampak perang Gaza, agar tidak meluas ke Lebanon, Tepi Barat yang diduduki Israel, dan jalur pelayaran Laut Merah.

Saat ini, Gaza dilanda kelaparan. Menurut kepala bantuan darurat PBB, Martin Griffiths, kelaparan akan segera tiba ketika masyarakat di Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi yang pernah tercatat. Mereka juga menghadapi serangan dan kurangnya layanan kesehatan.

PBB juga memperingatkan bahwa Gaza menjadi “tidak dapat dihuni”, akibat serangan Israel yang telah menewaskan lebih dari 22.600 warga Palestina dan hampir 58.000 orang terluka. Untuk memperparah kondisi, rumah sakit Al-Shifa, yang terbesar di Gaza, hampir tidak berfungsi sejak pertengahan November.

Di sisi diplomatik, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memulai perjalanannya untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah dengan bertemu dengan para pemimpin Turki dan Yunani. Ia juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Tayyip Erdogan, seorang kritikus tindakan militer Israel di Gaza.

Sementara PLO, sebagai komponen utama Otoritas Palestina, menyatakan bahwa masa depan Jalur Gaza ditentukan oleh rakyat Palestina, bukan oleh Israel.

Perang ini telah menimbulkan penderitaan yang sangat besar bagi warga Palestina dan terus menjadi perhatian internasional.