Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel masih terus berlangsung di tengah ketegangan yang semakin meningkat. Israel menolak untuk melakukan gencatan senjata dan melancarkan serangan yang bertubi-tubi ke wilayah Gaza. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa gencatan senjata berarti menyerah kepada Hamas, dan Israel akan terus berperang sampai memenangkan pertempuran ini. Amerika Serikat juga memberikan dukungan terhadap keputusan Israel untuk tidak melakukan gencatan senjata saat ini.
Kabinet Israel juga mengalami perpecahan menyusul terjadinya serangan Hamas. Netanyahu mendapat kecaman karena menyalahkan pasukannya atas serangan tersebut. Para pemimpin politik mengkritik Netanyahu karena bermain politik dan tidak memprioritaskan keamanan nasional dalam menghadapi kampanye militer yang sulit di Gaza. Ada kekhawatiran tentang kepemimpinan Netanyahu dan keberhasilannya dalam memimpin negara melalui perang ini.
PBB mengungkapkan bukti kejahatan perang yang dilakukan baik oleh Israel maupun Hamas. Hamas dituduh menembak mati ratusan warga sipil tidak bersenjata dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, yang merupakan kejahatan perang. Israel juga dituduh melakukan kejahatan perang dalam bentuk hukuman kolektif melalui pengepungan terhadap Gaza. Lebih dari 8.000 orang dilaporkan tewas dalam serangan Israel, termasuk lebih dari 3.000 anak-anak.
Rusia dan Amerika Serikat terlibat ketegangan dalam isu ini. Rusia menyalahkan Ukraina dan negara-negara Barat atas kerusuhan anti-Israel di Dagestan, dan menuduh Barat terlibat dalam hal ini. Amerika Serikat menyangkal tuduhan Rusia dan menyebutnya tidak masuk akal.
Israel mengusulkan rencana untuk memindahkan penduduk Gaza ke semenanjung Sinai di Mesir sebagai alternatif untuk menghadapi kejahatan Hamas. Rencana ini mendapat kecaman karena dianggap tidak manusiawi.
Jepang memberlakukan sanksi terhadap sembilan orang dan sebuah perusahaan yang terkait dengan Hamas. Sanksi tersebut berupa pembekuan aset individu dan perusahaan yang membantu mendanai Hamas.
Lebanon meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan pecahnya perang regional di tengah konflik antara Hizbullah dan Israel. Pertempuran antara kedua pihak tersebut meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan adanya korban sipil. Banyak penduduk di desa-desa yang menjadi sasaran serangan telah mengungsi ke markas Hizbullah di Beirut. Meskipun telah dilakukan evakuasi untuk membatasi jumlah korban jiwa, kekerasan yang terjadi masih mengkhawatirkan.