Serangan Darat Israel di Gaza Mengalami Perkembangan Terbaru

by -202 Views

Hamas mengatakan pejuangnya terlibat dalam “pertempuran sengit” di Gaza pada Minggu (29/10/2023) di mana Israel meningkatkan intensitas operasi darat. Ini terjadi seiring dengan meningkatnya seruan untuk mengirimkan bantuan ke wilayah Palestina setelah berbulan-bulan pengepungan dan pengeboman. Pemimpin dunia menekankan pentingnya meningkatkan bantuan ke wilayah yang dikuasai Hamas, dan para pengunjuk rasa di seluruh dunia mendesak gencatan senjata setelah Netanyahu memperkuat negaranya untuk menghadapi “perang yang panjang dan sulit”.

Meskipun ada seruan gencatan senjata kemanusiaan dan kekhawatiran internasional, Israel telah meningkatkan perang sebagai tanggapan atas serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut AFP, militan Hamas menyerbu perbatasan Gaza pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 239 lainnya termasuk banyak pekerja migran. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza melaporkan bahwa serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 8.000 orang, sebagian besar warga sipil dan separuh dari mereka anak-anak.

Kepanikan dan ketakutan semakin meningkat di wilayah Palestina, dengan lebih dari separuh dari 2,4 juta penduduknya mengungsi dan ribuan bangunan hancur, menurut PBB. Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengatakan dalam pernyataan bahwa pejuang mereka terlibat dalam “pertempuran sengit dengan pasukan pendudukan (Israel) yang menyerang di barat laut Gaza”. Di sisi lain, tentara Israel mengatakan “tahap” baru perang dimulai dengan serangan darat sejak Jumat malam.

Para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dan Sekjen PBB Antonio Guterres, mendesak untuk segera meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Biden mempertegas perlunya meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan warga sipil di Gaza dalam percakapan telepon dengan Netanyahu. Guterres menggambarkan situasi sebagai makin menyedihkan dan memperingatkan tentang peningkatan jumlah korban dan kekurangan persediaan makanan, air, obat-obatan, dan tempat berlindung.

Situasi di Gaza semakin memburuk dengan serangkaian pengeboman oleh Israel di sekitar rumah sakit Al-Quds, yang memicu kekhawatiran akan kerusakan dan bahaya bagi warga sipil. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan adanya ribuan orang yang mencari perlindungan di gudang dan pusat distribusi, yang menunjukkan bahwa ketertiban sipil mulai terganggu. AS telah berkomitmen untuk mengizinkan 100 truk bantuan masuk ke Gaza setiap hari, namun hal ini masih dianggap belum mencukupi oleh PBB.

Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menyerang ratusan sasaran Hamas dan meningkatkan pasukan daratnya di Gaza. Mereka juga berjanji akan mengejar pemimpin Hamas di Gaza. Pasukan Israel menghadapi tantangan dari jaringan bawah tanah Hamas yang luas di Gaza. Netanyahu dalam pidato televisi larut malam mengumumkan “perang tahap kedua” untuk “membasmi” Hamas.

Di sisi lain, simpati meningkat di Israel terhadap keluarga orang-orang yang diculik oleh Hamas dan berada dalam risiko tinggi selama perang. Hamas telah membebaskan beberapa sandera, namun menyatakan bahwa hampir 50 orang telah terbunuh oleh serangan Israel. Netanyahu menuduh Hamas bermain psikologis dengan memanfaatkan orang-orang yang mereka sayangi. Operasi darat ini juga meningkatkan kekhawatiran bahwa musuh Israel lainnya, seperti Hizbullah yang didukung Iran, turut serta dalam konflik tersebut.

Perjuangan tidak hanya terjadi di Gaza, tetapi juga di Tepi Barat yang diduduki, dengan lebih dari 110 warga Palestina tewas. Kekerasan semakin meningkat di perbatasan Israel-Lebanon dengan adanya serangan dari Hizbullah. Amerika Serikat telah memperingatkan musuh-musuh Israel untuk tidak ikut campur dan memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut.

Sumber: CNBC Indonesia