Sayap bersenjata Hamas telah mengumumkan bahwa mereka akan membebaskan beberapa sandera asing dari Gaza dalam beberapa hari mendatang. Namun, mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang sandera tersebut. Jurubicara Brigade al-Qassam, Abu Obeida, mengumumkan keputusan ini dalam sebuah pidato video pada Selasa (31/10/2023), di mana ia juga berjanji untuk mengubah Gaza menjadi “kuburan” dan “rawa” bagi pasukan Israel.
Hingga saat ini, lebih dari 230 orang, termasuk tentara Israel, warga sipil, dan orang asing dari berbagai negara, ditawan oleh Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya selama serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober. Israel, kelompok hak asasi manusia, dan PBB telah menyerukan pembebasan segera para sandera, serta meminta pemerintah Israel untuk menjamin pembebasan mereka. Beberapa sandera telah dibebaskan melalui negosiasi diplomatik dengan bantuan dari negara-negara seperti Qatar dan Mesir.
Pada Selasa, keluarga Israel yang menjadi korban pembunuhan pada tanggal 7 Oktober meminta Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki pembunuhan dan penculikan tersebut. Pengacara internasional dari Tel Aviv telah mengajukan “komunikasi pasal 15” ke ICC, meminta jaksa ICC Karim Khan untuk memfokuskan penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap dugaan kejahatan Hamas.
ICC telah menerima pengajuan tersebut dan sedang mempertimbangkan permintaan tersebut. Palestina telah menjadi anggota ICC sejak tahun 2015 dan memiliki status negara pengamat di PBB, memungkinkan ICC untuk menyelidiki kejahatan yang dilakukan di wilayah Palestina dan oleh warga Palestina di wilayah Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menganggap keputusan ini sebagai “penyimpangan keadilan”.
Kunjungan Khan ke penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza juga dilaporkan. Khan mengatakan bahwa menghalangi akses bantuan ke Gaza dapat dianggap sebagai kejahatan di bawah yurisdiksi ICC. Namun, ia belum dapat bertemu dengan keluarga korban di Gaza dan Israel.