Beras Kamboja Sebanyak 3.500 Ton Tiba di Indonesia, Hal yang Belum Terjadi Selama 11 Tahun

by -181 Views

Sebanyak 3.500 ton beras impor asal Kamboja dilaporkan sudah masuk wilayah RI, lewat pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Disebutkan, realisasi impor ini adalah salah satu hasil pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet pada 4 September 2023 lalu.

Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, ini adalah pertama kali beras impor asal Kamboja masuk RI setelah lebih dari 1 dekade.

Di sisi lain, dia menambahkan, beras impor asal Kamboja itu akan mengisi cadangan pangan pemerintah (CPP). Artinya akan masuk ke gudang Perum Bulog, yang akan digunakan sebagai sumber bantuan beras. Juga untuk menjaga ketahanan stok yang ditarget minimal 1 juta ton pada akhir tahun 2023.

Hal itu disampaikan Arief saat meninjau Gudang Bulog Randu Garut di Semarang, Jawa Tengah, hari ini, Kamis (2/11/2023).

“Hari ini merupakan pertama kalinya Kamboja mengirimkan berasnya setelah adanya MoU sejak 11 tahun yang lalu. 11 tahun tidak ada yang bisa mengeksekusi MoU (Memorandum of Understanding/ Nota Kesepahaman) itu dan tidak satu butir pun beras masuk. Nyatanya ini bisa kita kerjakan dan akhirnya terjadi hari ini. Sekarang beras dari Kamboja ini bisa masuk dan berasnya sangat baik,” katanya dalam keterangan resmi.

“Targetnya ada 10.000 ton dan hari ini telah datang 3.500 ton. Selanjutnya nanti kita akan bicara lagi dengan pihak Kamboja,” tambah Arief.

Disebutkan, ada 140 kontainer bermuatan 25 ton beras. Sehingga jumlah keseluruhannya mencapai 3.500 ton dan telah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia guna memastikan aspek keamanan dan mutu pangannya.

Arief mengatakan, saat ini memang diperlukan tambalan stok beras dari pengadaan dari luar negeri.

“Kita tegaskan nomor satu prioritas kita adalah tentunya produksi dalam negeri. Namun saat Bapanas melihat dan mengkalkulasi neraca pangan tahun ini, memang kita memerlukan pengadaan dari luar negeri, itu harus kita lakukan,” jelasnya.

“Kita ini sekarang sedang bangun ekosistem pangan nasional. Daerah-daerah sentra produksi akan dipastikan produksinya oleh Bapak Mentan (Menteri Pertanian) mulai dari penyiapan benih, fertilizer, irigasi, reservoir, dan sebagainya,” cetusnya.

Dia pun mengklaim, impor beras dari Kamboja ini tak langsung menjadikan Indonesia sebagai net importir.

“Kita tidak semata-mata hanya mengimpor saja dari Kamboja dan menjadi net importir, tidak seperti itu. Potensi ekspor pupuk dari ke Kamboja melalui BUMN Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) juga besar,” katanya.

“Jadi kita beli beras, pada saat yang sama kita jual pupuk untuk membantu produksi pangan dunia. Ada sebanyak 490 ribu ton untuk ekspor ke Kamboja yang saat ini bisa disiapkan. Angka ini tentunya setelah mengamankan kebutuhan pupuk nasional termasuk buffer-nya,” pungkas Arief.