Kata-Kata Biden Setelah Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh

by -69 Views

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden angkat bicara setelah pemberitaan tentang kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan Komandan Tinggi Hizbullah, Fuad Shurk. Kamis waktu setempat ia menegaskan komitmen Washington untuk membela keamanan Israel.

Hal ini terungkap dalam percakapan telepon antara dirinya dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Ia merujuk Iran dan proksi-proksinya sebagai ancaman.

“Biden menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan Israel terhadap semua ancaman dari Iran, termasuk kelompok teroris proksinya Hamas, Hizbullah, dan Huthi,” kata Gedung Putih dalam pembacaan yang juga diikuti Wakil Presiden dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris itu, dikutip dari AFP, Jumat (2/8/2024).

“Presiden membahas upaya untuk mendukung pertahanan Israel terhadap ancaman, termasuk terhadap rudal balistik dan pesawat tanpa awak, termasuk penempatan militer defensif AS yang baru,” katanya.

Israel sendiri telah mengakui membunuh Shurk dalam sebuah operasi di Lebanon. Namun Israel bungkam soal kematian Haniyeh.

Kemarin Israel juga mengumumkan kematian kepala militer Hamas Mohammed Deif. Ia tewas dalam sebuah serangan yang dilakukan jet Tempur di Khan Yunis Gaza.

“Biden juga menekankan upaya yang sedang berlangsung untuk meredakan ketegangan yang lebih luas di kawasan tersebut,” kata Gedung Putih lagi dalam sebuah pernyataan.

Panasnya Timur Tengah terjadi pasca Israel memerangi Hamas di Jalur Gaza sejak Oktober. Operasi Israel telah menewaskan sedikitnya 39.480 orang di Gaza.

Tudingan AS Terlibat Pembunuhan Haniyeh?

Sementara itu, Dewan Keamanan PB kemarin melakukan pertemuan darurat terkait pembunuhan Ismail Haniyeh. Sejumlah pihak pun mulai menyuarakan keprihatinan dengan kondisi ini.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB Rosemary DiCarlo memberikan sambutan pembukaan pada pertemuan tersebut. Ia mengatakan jalan menuju de-eskalasi diperlukan pada saat yang berbahaya ini.

“Masyarakat internasional harus bekerja sama untuk menghindari tindakan apa pun yang akan membuat konflik menjadi jauh lebih besar dan meluas dengan sangat cepat,” katanya dikutip Al Jazeera.

“Kita perlu upaya diplomatik yang cepat menuju de-eskalasi (dan) DK memainkan peran penting dalam hal ini,” tambahnya.

Meski begitu tudingan AS terlibat muncul dari Iran. Duta Besar Iran untuk PBB menyalahkan AS atas kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di mana menurutnya pembunuhan tidak mungkin terjadi tanpa otorisasi dan dukungan intelijen AS.

“Tanggung jawab AS sebagai sekutu strategis mereka, dan pendukung utama rezim Israel di kawasan itu tidak dapat diabaikan dalam kejahatan yang mengerikan ini,” kata perwakilan tetap Republik Islam Iran untuk PBB, dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB.

Israel kata dia, juga mengejar tujuan politik dengan tindakan ini. Di mana, tambahnya, Negara Zionis ingin mengganggu hari pertama pemerintahan baru Republik Islam Iran.

“Menganggu (Iran) dalam memprioritaskan penguatan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut, serta meningkatkan kerja sama dan keterlibatan konstruktif dengan komunitas internasional,” ujarnya.

AS Belum Berbuat Banyak Untuk Gencatan Senjata

Di sisi lain penasihat senior Program AS di International Crisis Group Brian Finucane, mengatakan pembunuhan Haniyeh sangat berisiko. Ini akan menyeret AS pada perang yang tak diinginkan.

Pembunuhan terang-terangan Haniyeh telah membuat peran ganda AS di Timur Tengah “berantakan”. AS diketahui merupakan sekutu dekat Israel yang selalu membela negara itu tapi di sisi lain memainkan peran sebagai mediator gencatan senjata di Gaza dengan Hamas.

“Jika Anda ingin menghindari eskalasi lebih lanjut di wilayah tersebut, termasuk eskalasi yang melibatkan pasukan AS, Anda perlu mengamankan gencatan senjata di Gaza,” tegasnya.

“Itulah yang diperlukan untuk menenangkan keadaan dengan Houthi (di Yaman), dengan Hizbullah, dan melanjutkan jeda dalam serangan terhadap pasukan AS di Suriah dan Irak,” tambahnya.

(sef/sef)