Pekan lalu, Robert Reid secara terbuka mengumumkan pengunduran dirinya, yang menjadi sorotan dalam tahun pemilihan. Alasannya telah diungkap dalam pernyataan resminya, di mana ia mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diterimanya dari seluruh pihak di dunia motorsport dan klub-klub anggota FIA. Namun, Reid menyoroti kurangnya komunikasi dan transparansi dari pimpinan organisasi tersebut.
Kepergian Reid menunjukkan ketidaksempurnaan dalam tata kelola keanggotaan FIA terkait kebijakan. Hal ini juga disayangkan oleh ketua Motorsport Inggris, David Richards, yang baru-baru ini menerbitkan surat terbuka mengenai masalah yang terjadi di dalam FIA.
Presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem, menjadi figur utama dalam kontroversi terkait kebijakan dan keputusan yang diambil. Meskipun penampilannya seringkali eksentrik, keresahan yang berkembang di antara anggota FIA lebih dalam dari itu. Kontroversi terjadi terkait kepemimpinannya yang dianggap terlalu otoriter dan kurang transparan.
Penyelenggaraan Kejuaraan Rallycross Dunia oleh FIA juga menjadi pusat perdebatan, dikarenakan pandangan bahwa FIA seharusnya tidak memiliki wewenang atas cabang olahraga motor tersebut. Ini mengingat kasus serupa yang terjadi pada tahun 1999, di mana FIA terlibat dalam investigasi antimonopoli Uni Eropa terkait hubungannya dengan Manajemen Formula Satu.
Kontroversi lainnya yang melibatkan Reid adalah terkait dengan penandatanganan perjanjian kerahasiaan yang dipaksakan menjelang pertemuan Dewan Olahraga Motor Dunia. Reid menyatakan kekecewaannya atas penolakan permintaan perpanjangan waktu untuk mempelajari dokumen tersebut sebelum ditandatangani. Hal ini mengakibatkan ketidakhadirannya dalam pertemuan penting yang dianggap melanggar hukum.
Reid menyimpulkan bahwa keputusannya untuk mengundurkan diri adalah untuk menjaga prinsip dan integritas olahraga. Meskipun menantang status quo tidak selalu mudah, ia merasa perlu untuk bersuara demi menjaga transparansi dan akuntabilitas di FIA.