Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat produksi gula nasional terus mengalami penurunan. Akibatnya, 30% kebutuhan gula di dalam negeri masih mengandalkan pasokan impor. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk memacu produktivitas pabrik gula di dalam negeri.
Deputi bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan bahwa kondisi ini menjadi tantangan ke depan. Hal itu disampaikan dalam National Sugar Summit 2023 yang diselenggarakan oleh ID Food selama 2 hari sejak Rabu, 13 November 2023 di Jakarta.
“Penambahan luas lahan itu tidak mudah, perlu proses. Setiap bulan kita membutuhkan gula sebanyak 260 ribu ton. Ini menjadi tantangan bersama, maka strategi pemerintah dengan mengeluarkan Perpres 40 (Peraturan Presiden No 40/2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel), agar bisa memperkuat produksi di dalam negeri. Sehingga memang perlu road map,” katanya.
“Swasembada gula menjadi tantangan bagi semua pihak. Dengan kondisi prognosa saat ini, kita membutuhkan 3,2 juta ton gula dalam setahun. Sementara produksi kita hanya 2,2 juta ton. Hampir 30% dari kebutuhan gula tersebut harus dipenuhi dari impor,” tambah Ketut Astawa.
Ketergantungan pada pasokan impor tersebut, ujarnya, menimbulkan masalah baru ketika terjadi gejolak harga di luar negeri, yang kemudian akan berdampak pada pasokan gula di dalam negeri.
Selain itu, Ketut Astawa juga menjabarkan bahwa defisit gula nasional tahun ini mencapai 686,83 ribu ton, turun dari defisit tahun 2022 yang tercatat mencapai 777 ribu ton.
Dalam paparannya, Ketut Astawa mengungkapkan bahwa per 24 November 2023, total ketersediaan gula di dalam negeri diprediksi mencapai 4,353 juta ton. Berasal dari produksi nasional diprediksi mencapai 2,271 juta ton dan stok awal tahun 2023 yang sebesar 1,110 juta ton.
Kemudian ada realisasi impor yang sebanyak 343.281 ton dan sebanyak 628.719 ton.
Dengan kebutuhan bulanan ditaksir sebanyak 267.776 ton, ketahanan stok gula nasional carry over 2023 ini akan bisa untuk 132 hari di tahun 2024 nanti.
Karena itu, demi upaya swasembada gula ke depan, dibutuhkan upaya merangsang pemilik pabrik gula (PG) untuk meningkatkan dan melakukan pengembangan produksi gula di dalam negeri. Demikian ungkap Ketut Astawa.