Permintaan Bos Bulog Agar Orang Kaya Tidak Membeli Beras SPHP, Apa Motifnya?

by -600 Views




Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengimbau masyarakat dengan kelas sosial menengah atas untuk tidak membeli beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Katanya, beras SPHP diperuntukan kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah, lantaran terdapat anggaran subsidi pada beras Bulog tersebut.

“SPHP itu adalah beras yang memang ditujukan kelompok kelas menengah bawah, dan itu ada subsidi. Sama saja dengan imbauan beli bensin, mobil mewah jangan pakai Pertalite, tapi pakainya Pertamax,” kata Bayu saat ditemui di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Dia menyarankan kepada kelompok menengah atas atau orang kaya untuk membeli beras Bulog kualitas premium, yang memang ditujukan untuk segmen kelas menengah atas. Dengan begitu, harapannya penyaluran beras SPHP dapat lebih tepat sasaran.

“Kita berharap, masa sih mobil mewah pakai Pertalite, Pertalite untuk mobil kelas kecil saja. Kalau sudah bisa beli mobil Alphard pakai Pertamax. Kira-kira itu mirip dengan itu. Itu hanya kepantasan saja,” ujarnya.




Foto: Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat ditemui di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Jumat (30/8/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat ditemui di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Jumat (30/8/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Sebagai informasi, beras SPHP adalah beras pemerintah atau beras yang digelontorkan Perum Bulog dalam kemasan 5 kg. Beras ini diberi label ‘SPHP’ karena merupakan produk intervensi pemerintah lewat program stabilisasi harga dan pasokan pangan (SPHP). Tujuannya, untuk meredam laju kenaikan harga beras.

Beras SPHP ini sebagian besar adalah beras impor, yang menurut Bulog setara dengan kualitas beras premium di dalam negeri. Salah satunya, karena tingkat patahan (broken) beras ini adalah 5%. Mengacu Peraturan Badan Pangan Nasional No 2/2023 tentang Persyaratan Mutu dan Label Beras, salah satu parameter mutu beras premium adalah butir patah (broken) maksimal 15% dan menir 0,5%.

Kadiv Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Rini Andrida dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, Senin (26/8/2024) menyampaikan, realisasi program SPHP beras sampai dengan 25 Agustus 2024 sejumlah 1.014.606 ton. Ia merinci, pada Juli 2024 realisasi SPHP 115.324 ton, atau naik dibandingkan Juni 2024 yang sebanyak 73.299 ton. Sementara realisasi penyaluran SPHP di Agustus 2024 sebanyak 86.111 ton.

Adapun proporsi realisasi SPHP beras paling besar adalah ke pengecer (63,0%), diikuti distributor (31,8%), Satgas (3,6%), Pemda (1,3%), dan Sinergi BUMN (0,3%).
Sementara untuk pasar ritel modern sebanyak 40.579 ton, dan ke distributor 187.868 ton.

Rini menjelaskan bahwa SPHP dilakukan di semua wilayah Indonesia untuk menjaga harga tetap terjaga, dan untuk wilayah yang mengalami kenaikan harga beras yang tinggi dilakukan koordinasi dengan Pemkab/Kota, untuk melakukan berbagai upaya kegiatan SPHP secara intensif.

(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Ada Masalah Pupuk Hingga Air, Yakin RI Bebas Impor Beras di 2025?





Next Article



Strategi Bos Bulog Demi Bantu Petani untuk Tekan Impor Beras